CEA Learning Event 2019

Sinergi Agenda untuk Capai Kesejahteraan Petani dan Pekerja

Bangka (04/02) – Dalam rangka melaksanakan peran monitoring dan evaluasi, ICCO menyelenggarakan Workshop Learning Event 2019 di Bangka pada 28-31 Januari 2019. Learning Event merupakan agenda tahunan bagi mitra CEA untuk menyampaikan hasil implementasi, dampak program, permasalahan yang dihadapi serta solusi yang ditawarkan, serta perencanaan implementasi tahun berikutnya. Civic Engagement Alliance (CEA) di Indonesia diimplementasikan oleh CNV International dan ICCO yang menggandeng lembaga mitra yaitu Hukatan, PKPA, Penabulu dan Konsil LSM.  Pada tahun 2019-2020 mitra CEA bertambah dengan bergabungnya KpSHK, SPKS, dan KRKP. Pada tahun 2019, Learning Event bertemakan “The Power of Lobby and Advocacy Strategy for Smallholders Producers Interest”.

Workshop Learning Event 2019 memberi perhatian pada smallholder karena smallholders, dalam hal ini petani dan pedagang kecil, merupakan bagian penting dalam rantai bisnis. Maka, memahami realitas petani dan pedagang kecil beserta jaringan rantai nilai berbasis pertanian serta komoditas berarti memahami kekuatan internal dan eksternal yang mengendalikan perubahan kekuatan masyarakat bawah (rooted community). Jaringan rantai nilai tersebut yang mampu menyeimbangkan hasil usaha sekaligus mampu memenuhi kebutuhan pemangku kebijakannya adalah merupakan pencapaian keseimbangan bisnisnya.

Dalam melakukan evaluasi, partisipan melakukan diskusi kelompok di masing-masing Pathway dan mengungkapkan asumsi-asumsi yang terbangun atas kegiatan dan capaian dalam implementasi 2018. Upaya lobi sudah dilakukan ke berbagai perusahaan, dewan komoditas, serikat pekerja, hingga berbagai tingkatan lembaga pemerintah. Namun juga banyak tantangan yang dihadapi mitra CEA dalam melakukan lobi dan advokasi mengenai penerapan HAM dalam sektor bisnis.

“Tantangan lobi CEA adalah menemukan orang atau pihak yang tepat dari banyak pihak yang seharusnya memberi dukungan terhadap penerapan HAM dalam bisnis,” ujar Budi Susilo, Deputi Direktur Penabulu.

Pada 2019 hingga program CEA berakhir di 2020 penguatan smallholders, khususnya smallholder rempah dan sawit, menjadi sangat penting untuk dilakukan para mitra, selain melakukan lobi-lobi pada pemangku kebijakan dan stakeholder lainnya. Smallholders harus mampu memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan dari para pemangku kebijakan dan pihak yang berkepentingan dengan produk komoditas dengan memberikan produk dan layanan yang sesuai standar kelayakan.

Dalam pengalaman lobi rempah di tingkat perdagangan global, Direktur PSNI, Caecilia Afra menyampaikan bahwa lobi dan advokasi penguatan smallholder rempah dihadapkan pada kuasa pasar terhadap petani dan fluktuasi harga yang tidak terkendali. “Regulasi untuk peningkatan kualitas dan menjamin mutu produk rempah menjadi target penting dalam lobi CEA,” katanya.

Untuk mensinergikan rencana capaian Pathway 3 dan Pathway 4, para mitra CEA bersama menyusun rencana agenda bersama. Kolaborasi lobi dan advokasi ini bertujuan untuk penguatan kapasitas mitra CEA, memperluas pengaruh dan penerapan UNGPs on Business and Human Rights, serta lebih intensif dalam mendorong lahirnya regulasi pemerintah maupun kebijakan perusahaan dalam rantai nilai bisnis komoditas rempah dan sawit. Harapannya, Aliansi CEA dapat mendorongkan mewujudkan penghormatan atas hak asasi manusia dalam rantai bisnis, meningkatkan kesejahteraan smallholder dan pekerja dalam perdagangan global.*(NP)