Paparan Rencana Kerja Pengembangan Protokol CBMF dalam Program Penanggulangan HIV/AIDS

 

September 2019, Yayasan Penabulu menjalin kerja sama dengan Indonesia AIDS Coalition (IAC) sebagai konsultan untuk pengembangan protokol pemantauan dan umpan balik berbasis komunitas (community based monitoring and feedback/CBMF). Dalam rangka mendapatkan informasi guna penyusunan protokol, Yayasan Penabulu dilibatkan dalam Pertemuan Evaluasi Penguatan Sistem Komunitas dan Penciptaan Lingkungan Kondusif terkait Akses dan Layanan Kesehatan (Community System Strengthening and Enabling Environment for Access/CSS-EEA). Kegiatan dilaksanakan selama 3 hari, pada 6-8 November 2019 di Hotel Arya Duta, Denpasar.

Pertemuan evaluasi diikuti seluruh pelaksana program IAC selaku sub recipient (SR) dan juga Jaringan Indonesia Positif (JIP) dan juga Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) selaku sub-sub recipient (SSR). Kegiatan diikuti oleh seluruh komponen pelaksana program yang disebut sebagai empat pilar yaitu ARV Community Support (ACS), Enumerator, Focal Poin, Paralegal dari 23 wilayah program serta local champion.

Dalam pertemuan evaluasi ini, Yayasan Penabulu berharap mendapatkan gambaran utuh tentang pelaksanaan program, dinamika dan tantangan yang dihadapi, topik terkini terkait penanggulangan HIV dari sudut pandang komunitas serta pembelajaran. Kegiatan tersebut diikuti oleh tiga konsultan dari Penabulu yaitu Dwi Aris Subakti, dr. Adhi Sanjaya dan Irman Suryana.

Pada sesi hari kedua pagi, IAC memberikan kesempatan kepada Yayasan Penabulu untuk memaparkan tentang strategi dan rencana kerja dalam penyusunan protokol CBMF. Dwi Aris Subakti selaku Koordinator Tim menyatakan, “secara umum, protokol CBMF memiliki 3 aspek utama yakni Client Satisfaction, Enabling Environment dan Quality Assurance“. Dalam aspek Client Satis faction, terdapat dua komponen yaitu Mekanisme Pelaporan Pengaduan dan Survei Kepuasan Pelanggan secara Reguler. Pada aspek Enabling Environment terdapat dua komponen yaitu Mekanisme Pelaporan serta Pendokumentasian Kasus. Sedangkan Quality Assurance adalah aspek khusus untuk penjaminan kualitas program melalui mekanisme pemantauan oleh komunitas selaku penerima manfaat,”imbuhnya.

Setidaknya ada 3 tahap yang dilalui dalam menyusun protokol ini, yakni tahap pengumpulan dan review background informasi, pengembangan protokol dan finalisasi protokol. Tahap sekarang yang sedang dilalui tim adalahpengumpulan data dan informasi. Tim Konsultan berharap dalam pertemuan evaluasi ini, bisa  mendapatkan masukan tentang substansi yang akan dipantau dalam CBMF serta hal-hal lain terkait strategi, metode, indikator dan juga instrumen.

Dalam upaya mengumpulkan informasi dan menggali masukan dari komunitas, Tim Konsultan menyelenggarakan FGD yang dipimpin oleh dr. Adhi Sanjaya. FGD diikuti oleh perwakilan empat pilar pelaksana program yaitu ACS, Enumerator, Vokal Poin dan Paralegalserta juga melibatkan local champion. Secara bergantian peserta FGD mengungkapkan hal-hal terkait bagaimana pandangan komunitas terhadap layanan kesehatan, hambatan dalam mengakses layanan, lingkungan pendukung dan pelaksanaan program.

Tim Konsultan dari Penabulu melaksanakan FGD pengumpulan informasi dan penggalian masukan terkait CBMF dari empat pilar pelaksana program.

FGD difokuskan untuk menggali informasi apakah ada praktik di daerah tentang mekanisme pengaduan oleh komunitas. FGD juga menggali masukan bagaimana sebaiknya pemantauan oleh komunitas dilakukan. Temuan-temuan selama FGD menjadi masukkan berharga dalam penyusunan protokol.