Workshop II Mobilisasi Partisipasi dan Investasi Sektor Swasta untuk Sistem Pangan Inklusif di Indonesia

Komoditas Udang dan Kopi

Surabaya, (22/11/2019). Hubungan tiga pihak antara Pemerintah – Sektor Swasta – Masyarakat dapat mempertemukan kebutuhan dan kemampuan antar pihak, serta menemukan ruang-ruang kosong yang dapat diisi secara kolaboratif. Melalui program “Mobilizing Involvement and Investment of The Private Sector in Inclusive Food System to Support Implementing SDGs in Indonesia” Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bersama Penabulu Foundation melakukan kajian mengenai potensi peran sektor swasta secara inklusif dalam mobilisasi investasi untuk pengembangan sistem pangan. Kajian ini dilakukan pada rantai pangan dalam komoditas terpilih, khususnya komoditas yang difokuskan dalam program ini, yaitu kedelai, udang, manggis, kambing dan domba. Konstelasi sistem pangan tersebut berupa karakteristik rantai nilai dan peta sistem pangan; isu-isu dalam sistem pangan (hambatan dan tantangan); peluang Public and Private Partnership; lingkungan investasi komoditas; dan peluang investasi beserta dampaknya.

Setelah workshop pertama yang diadakan di Bandung, workshop kedua di adakan di Surabaya untuk mengkofirmasi informasi dan data yang telah dihimpun oleh tim peneliti pada komoditas Udang dan Kopi. Partisipan yang hadir juga dari berbagai stakeholder yakni pemerintah, UPT, peneliti, asosiasi eksportir, petambak, dan petani. Workshop diawali dengan pemaparan tiga narasumber utama yaitu Sigit Ismaryanto (Board of Indonesia Sustainable Coffee Cooperation (ISCC)), Muhammad Zainul Abidin (PT. Central Proteina Prima), dan Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc (Pusat Studi Pesisir dan Kelautan, Universitas Brawijaya).

Proses dialog dibagi menjadi dua bagian yakni tanya jawab dan FGD. Tanya jawab ditujukan agar partisipan mendapatkan ruang untuk mengkorfirmasi informasi, menanggapi pemaparan pemari serta menyampaikan pendapatnya sendiri sebagai pelaku dalam aktivitas di komoditas terkait. Sedangkan FGD bertujuan untuk menggali informasi tambahan mengenai permasalahan, peluang investasi, target SDGs 2 (Zero Hunger) pada lingkup produksi pangan, panen, pasca panen, dan pengolahan, askses pasar, dan permintaan konsumen.

Investasi sangat penting untuk menghapus kemiskinan serta mewujudkan pemenuhan pangan bagi setiap individu di suatu negara. Indonesia sebagai negara yang subur dan memiliki kekayaan hayati memiliki potensi yang sangat besar untuk mencapai visi kemandirian pangan. Melalui workshop ini semakin menegaskan tentang kebutuhan investasi dari hulu ke hilir dalam rantai nilai komoditas udang dan kopi.

Harapan besar ada pada udang untuk menggantikan protein selain daripada ayam. Hal tersebut dilandaskan pada perkembangan pasar udang yang semakin terjangkau hingga kalangan menengah ke bawah. Selain itu, komoditas kopi juga merupakan komoditas unggulan Indonesia karena produksi dan tingkat ekspor per tahun 2018 sekalipun tidak cukup signifikan. Yang menarik juga adalah konsumsi kopi masyarakat Indonesia meningkat sehingga ini menjadi peluang bagi pebisnis pemula dalam negeri.

Paparan Rencana Kerja Pengembangan Protokol CBMF dalam Program Penanggulangan HIV/AIDS

 

September 2019, Yayasan Penabulu menjalin kerja sama dengan Indonesia AIDS Coalition (IAC) sebagai konsultan untuk pengembangan protokol pemantauan dan umpan balik berbasis komunitas (community based monitoring and feedback/CBMF). Dalam rangka mendapatkan informasi guna penyusunan protokol, Yayasan Penabulu dilibatkan dalam Pertemuan Evaluasi Penguatan Sistem Komunitas dan Penciptaan Lingkungan Kondusif terkait Akses dan Layanan Kesehatan (Community System Strengthening and Enabling Environment for Access/CSS-EEA). Kegiatan dilaksanakan selama 3 hari, pada 6-8 November 2019 di Hotel Arya Duta, Denpasar.

Pertemuan evaluasi diikuti seluruh pelaksana program IAC selaku sub recipient (SR) dan juga Jaringan Indonesia Positif (JIP) dan juga Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) selaku sub-sub recipient (SSR). Kegiatan diikuti oleh seluruh komponen pelaksana program yang disebut sebagai empat pilar yaitu ARV Community Support (ACS), Enumerator, Focal Poin, Paralegal dari 23 wilayah program serta local champion.

Dalam pertemuan evaluasi ini, Yayasan Penabulu berharap mendapatkan gambaran utuh tentang pelaksanaan program, dinamika dan tantangan yang dihadapi, topik terkini terkait penanggulangan HIV dari sudut pandang komunitas serta pembelajaran. Kegiatan tersebut diikuti oleh tiga konsultan dari Penabulu yaitu Dwi Aris Subakti, dr. Adhi Sanjaya dan Irman Suryana.

Pada sesi hari kedua pagi, IAC memberikan kesempatan kepada Yayasan Penabulu untuk memaparkan tentang strategi dan rencana kerja dalam penyusunan protokol CBMF. Dwi Aris Subakti selaku Koordinator Tim menyatakan, “secara umum, protokol CBMF memiliki 3 aspek utama yakni Client Satisfaction, Enabling Environment dan Quality Assurance“. Dalam aspek Client Satis faction, terdapat dua komponen yaitu Mekanisme Pelaporan Pengaduan dan Survei Kepuasan Pelanggan secara Reguler. Pada aspek Enabling Environment terdapat dua komponen yaitu Mekanisme Pelaporan serta Pendokumentasian Kasus. Sedangkan Quality Assurance adalah aspek khusus untuk penjaminan kualitas program melalui mekanisme pemantauan oleh komunitas selaku penerima manfaat,”imbuhnya.

Setidaknya ada 3 tahap yang dilalui dalam menyusun protokol ini, yakni tahap pengumpulan dan review background informasi, pengembangan protokol dan finalisasi protokol. Tahap sekarang yang sedang dilalui tim adalahpengumpulan data dan informasi. Tim Konsultan berharap dalam pertemuan evaluasi ini, bisa  mendapatkan masukan tentang substansi yang akan dipantau dalam CBMF serta hal-hal lain terkait strategi, metode, indikator dan juga instrumen.

Dalam upaya mengumpulkan informasi dan menggali masukan dari komunitas, Tim Konsultan menyelenggarakan FGD yang dipimpin oleh dr. Adhi Sanjaya. FGD diikuti oleh perwakilan empat pilar pelaksana program yaitu ACS, Enumerator, Vokal Poin dan Paralegalserta juga melibatkan local champion. Secara bergantian peserta FGD mengungkapkan hal-hal terkait bagaimana pandangan komunitas terhadap layanan kesehatan, hambatan dalam mengakses layanan, lingkungan pendukung dan pelaksanaan program.

Tim Konsultan dari Penabulu melaksanakan FGD pengumpulan informasi dan penggalian masukan terkait CBMF dari empat pilar pelaksana program.

FGD difokuskan untuk menggali informasi apakah ada praktik di daerah tentang mekanisme pengaduan oleh komunitas. FGD juga menggali masukan bagaimana sebaiknya pemantauan oleh komunitas dilakukan. Temuan-temuan selama FGD menjadi masukkan berharga dalam penyusunan protokol.